PAGES

Wednesday, 15 January 2014

Raden Saleh, the Pioneer of Indonesian Painters


Photo Raden Saleh tahun 1872





Raden Saleh lahir di Indonesia (atau dulu disebut Hindia Belanda). Ia adalah seorang aristokrat Jawa yang menjadi salah seorang pelukis besar di Eropa di abad ke 19. Bakat melukis telah menonjol sejak ia bersekolah di Volks School (Sekolah Rakyat). Ketika ia beranjak dewasa, Prof. Caspar Reinwardt, sebagai pendiri kebun raya Bogor dan juga Direktur Pertanian, Kesenian dan Ilmu Pengetahuan untuk pulau Jawa dan sekitarnya, menaruh perhatian padanya dan menariknya untuk ikatan dinas di Departemennya. Pada saat itu di instansi tersebut juga ada seorang pelukis Belgia bernama A. A. J. Payen, yang juga mantan mahaguru Akademi Seni Rupa di Doornik, Belanda. Payen kemudian tertarik untuk mengajari Raden Saleh teknik-teknik melukis dan seni lukis Barat. Selanjutnya Payen mengusulkan agar Raden Saleh dapat memperdalam seni lukis di Belanda dan hal ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada waktu itu, G. van der Capellen, yang memerintah dalam tahun 1819 - 1826. 

Bakat melukis Raden Saleh berkembang pesat di Belanda dan pelukis-pelukis muda lainnya ingin mengalahkan kepandaian melukisnya. Mereka pernah menunjukkannya dengan melukis bunga yang begitu sangat mirip dengan aslinya dan tampak hidup hingga kumbang dan kupu-kupu mendatangi lukisan tersebut, dan menganggap bahwa Raden Saleh tak dapat menyaingi kemampuan mereka tersebut. Namun mereka sendiri akhirnya yang sangat terkecoh dengan lukisan Raden Saleh yang menggambarkan seorang mayat yang berlumuran darah. Saat itu selama berhari-hari Raden Saleh tak menampakkan diri sehingga mereka mencaritahu keberadaannya sampai ke tempat tinggalnya. Ketika melihat lukisan tersebut di tempat tinggalnya, mereka sama sekali tak mengira bahwa itu adalah sebuah lukisan hingga mereka berteriak-teriak ketakutan. 

Di Belanda, Raden Saleh memperdalam keahlian melukis potret pada Cornelis Kruseman dan melukis pemandangan pada Andries Schelfhout, karena karya-karya mereka mendapatkan apresiasi yang sangat besar di Belanda. Kruseman adalah pelukis untuk keluarga kerajaan Belanda. Ketika kesempatan datang bagi Raden Saleh untuk mengadakan pameran lukisan di Den Haag dan Amsterdam, masyarakat Belanda tertegun dan tak menyangka bahwa seorang pelukis berdarah Indonesia dapat melukis sesuai dengan standar para pelukis yang sangat terpandang di Eropa. Sebagai seorang pelukis, Raden Saleh juga mengagumi karya-karya pelukis lain misalnya pelukis legendaris Perancis bernama Ferdinand Delacroix. Ia kemudian juga semakin menghayati keahlian melukis binatang. Selama berada di Belanda, Raden Saleh menjadi pelukis untuk keluarga kerajaan dan para pejabat tinggi Belanda.

Raden Saleh berada di Eropa selama belasan tahun. Ia bahkan juga mempelajari ilmu pasti, ilmu ukur tanah dan pesawat di Belanda. Tak hanya di Belanda, ia juga pernah tinggal di Perancis, Jerman (menjadi tamu kehormatan Kerajaan Jerman), Aljazair, Austria, Italia. Sepulangnya ke Hindia Belanda dalam tahun 1844, ia menjadi konservator untuk lembaga koleksi benda-benda seni, di samping tetap melukis.  



Penangkapan Diponegoro karya tahun 1857




Dalam lukisannya mengenai penyerahan perlawanan Pangeran Diponegoro berjudul "Penangkapan Diponegoro", jika diperhatikan dengan seksama, Raden Saleh melukis orang-orang Belanda dalam bentuk yang sangat menggelikan dan tidak proporsional sehingga tampak seperti "badut-badut" misalnya berkepala besar, dan memperlihatkan sikap Jenderal de Kock yang menaruh hormat dan segan pada Pangeran Diponegoro. Melalui lukisan tersebut dapat disimpulkan bahwa Raden Saleh secara tersamarkan tetap membela Indonesia, walau sebagian besar hidupnya dikelilingi para petinggi Belanda bahkan mendapatkan kesempatan belajar di Eropa dan menjadi pelukis besar di sana, penghargaan yang berderet-deret dan harta yang sangat berlimpah-limpah dari mereka. Bahkan istri pertamanya juga adalah seorang Belanda yang sangat kaya raya. Namun mereka kemudian bercerai dan Raden Saleh menikahi wanita sesama aristokrat Jawa. 

Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang terkenal sangat kejam dalam abad itu seperti J. van den Bosch maupun Daendels sangat mengagumi lukisan karya Raden Saleh. Kini lukisan karya Raden Saleh juga dimiliki antara lain oleh Ratu Elizabeth II dari Inggris. Masyarakat dunia juga dapat menyaksikan lukisan karyanya antara lain di Museum Louvre, Paris dan Rijk Museum di Amsterdam. Sebagai pelukis untuk keluarga kerajaan dan pejabat tinggi Belanda, karya-karya Raden Saleh banyak bertebaran di Belanda. 



Rumah milik Raden Saleh yang ditempatinya dalam
tahun 1875 - 1885
Kini menjadi Rumah Sakit PGI Cikini di Jakarta




Rumah Sakit PGI Cikini di Jakarta dahulu merupakan rumah milik Raden Saleh. Sedangkan Taman Ismail Marzuki dahulu merupakan sebagian dari halaman rumahnya yang luar biasa luas dan ia sumbangkan untuk menjadi kebun binatang di zaman pemerintah Hindia Belanda. 

Raden Saleh wafat pada tanggal 23 April 1880 di Bogor dan dimakamkan di Bondongan, Bogor. Penghargaan dari pemerintah Indonesia pada Raden Saleh diberikan dalam tahun 1969 secara anumerta melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Raden Saleh merupakan perintis dalam dunia seni lukis Indonesia dan tercatat sebagai salah satu pelukis besar di dunia yang sangat dihormati di Eropa di abad ke 19. 



source : Wikipedia dan berbagai sumber
image  : Wikipedia
rosie soemardi