PAGES

Tuesday, 28 January 2014

Undercover (Menyamar)



                                        image is the courtesy of Louis Vuitton


Apakah anda pernah menyamar ? Meninggalkan kehidupan di lingkungan elite dimana anda telah sangat terbiasa dan yang telah anda tinggali selama berpuluh-puluh tahun, dan pergi ke sebuah daerah atau negara lain dimana tak ada satupun yang mengenal anda sama sekali dan membaur menjadi rakyat kebanyakan, ikut naik turun bis dan menyeberang jembatan, merasakan terpaan angin kencang, kehujanan dan kepanasan. Bahkan jika anda ke negara dimana sebagian besar pekerja rumah tangganya berasal dari negara anda, bisa-bisa anda juga ikut disangka sebagai salah seorang pembantu. Karena di zaman sekarang, seorang pembantu rumah tangga terkadang juga tak tampak sebagai pembantu, sehingga mungkin anda akan disangka sebagai salah satu pembantu yang sudah mendapat penampilan make over. Tak sedikit orang yang pernah mengalami hal demikian ketika berada di negara tersebut, yakni disangka sebagai pembantu rumah tangga.

Siddharta Gautama pernah keluar meninggalkan kehidupan nyaman di istananya dan sangat terkejut menyaksikan kehidupan rakyat di luar istana, Presiden Soekarno juga dalam beberapa kesempatan pernah menyamar di antara rakyatnya, Sri Sultan Hamengkubuwono IX pun demikian ketika masa revolusi. Juga pernah dalam suatu acara TV, Oprah Winfrey mengetengahkan beberapa orang yang menyamar menjadi orang-orang lapisan bawah misalnya sebagai tukang sampah, buruh pabrik, dan sebagainya, padahal sesungguhnya mereka adalah para pimpinan puncak di perusahaan tersebut. Mereka yang menyamar tak terlihat terampil dalam pekerjaan baru tersebut karena dalam kehidupan yang sebenarnya mereka lebih banyak bekerja menggunakan pemikiran daripada tenaga, dan oleh sebabnya ada kalanya mereka dikata-katai lamban, bodoh dan sebagainya. Juga pernah dalam suatu program di TV asing dimana beberapa orang diminta untuk saling bertukar tempat dalam kehidupan mereka selama beberapa minggu. Yang berasal dari kalangan sangat berkecukupan bertukar kehidupan dengan mereka yang berasal dari lapisan bawah. Pada intinya, mereka yang berasal dari lapisan bawah langsung menyukai kehidupan mereka yang baru walaupun mereka masih harus banyak belajar mengenai etiket, namun sebaliknya yang berasal dari kalangan sangat berkecukupan merasa sangat tersiksa setelah ditukar kehidupannya, seakan-akan dunia terbalik dan mereka betul-betul tampak seperti orang-orang linglung. 

Salah seorang Gubernur di sebuah provinsi di Indonesia sangat dikenal dengan kegemarannya berada di antara masyarakat lapisan bawah, dan memiliki kepribadian yang rendah hati dan simpatik. Ia pernah mengungkapkan bahwa di masa kanak-kanaknya ia pernah tinggal di dekat bantaran kali sehingga mengetahui bagaimana rasanya orang-orang yang terkena banjir. Ketika berada di jalan raya, ia tak mau menggunakan fasilitas voor rider karena ingin bersama-sama dengan masyarakat kebanyakan merasakan bagaimana rasanya terjebak dalam kemacetan dan karenanya dapat lebih mudah menemukan solusi untuk kemacetan tersebut. Tak jarang para pengemudi lain bahkan tak mengetahui bahwa ia ikut berada di samping mereka terjebak dalam kemacetan. Seorang yang memberikan contoh sebagai sebuah pribadi yang tulus, mau mengabdi untuk rakyat sehingga jabatan tinggi dan harta tak membuatnya menjadi lupa diri. Ia juga berpenampilan sederhana, tak gemar memakai brand ternama. Bahkan sering tampil dalam kemeja putih berpotongan sederhana. Namun merupakan sebuah pribadi yang membuat kita menghormatinya dari lubuk hati yang terdalam. 

Sebagai contoh lain. Di Bandar Sunway, terjadi sepak terjang seorang istri anggota DPRD Tingkat I yang sangat gemar menindas dan memperlakukan orang lain layaknya sebagai budak belian, dan dirinya tak pernah terpuaskan sama sekali. Hanya untuk bangun tidur saja, pembantunya mendapat tugas untuk membangunkan mereka setiap pagi ataupun siang, dan ia memeras tenaga pembantunya selama 24 jam sehari. Pembantunyapun tak pernah mengetahui sedikitpun seperti apa negara yang ditinggalinya itu, karena hanya terkurung di dalam rumah mereka selama bertahun-tahun tanpa diberikan passportnya. Dengan harta yang berlimpah-limpah mereka dapat membeli beberapa Mercedes dan juga Ferrari di negara itu, namun ia tega memberikan sisa-sisa makanan dari piring makan tamunya kepada orang-orang yang dianggapnya lebih rendah. Kata-kata sangat luar biasa kasar, teriakan, makian dan hinaan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya kepada orang-orang yang dianggapnya lebih rendah darinya, dan terus menyombongkan posisi suaminya sebagai wakil rakyat. Jikapun ia meminta orang lain menjemputnya, maka pintu mobil yang menjemputnya harus berada tepat di hadapan hidungnya, dengan hitungan yang pas dengan langkah kakinya ketika ia mulai melangkah keluar dari tempat yang dikunjunginya. Jika dirasanya jarak mobil kurang 1 centimeter atau ia menunggu 1 detik, maka ia mengamuk membabi-buta. Sangat luar biasa mengerikan, tak ada bedanya dengan melihat iblis dari neraka. Ia sangat senang merendahkan orang lain, seakan-akan orang lain tak berharga sama sekali. Karena tak pernah puas, ia tak dapat melihat perbuatan baik orang lain kepadanya. Yang dicari olehnya adalah kesalahan orang lain, walaupun tak ada kesalahan orang itu. Hal ini sangat mengerikan, terlebih-lebih ketika mengetahui bahwa awal mulanya mereka berasal dari rakyat kalangan bawah, namun setelah mendapat harta dan jabatan membuat mereka menjadi sangat luar biasa sombong, pongah, takabur, gila hormat dan senang menindas. Jabatan digunakan sebagai tuntutan pada orang lain untuk menyembah-nyembah dan melayani mereka, bukan sebaliknya dipakai untuk melayani rakyat. Ia selalu memamerkan bahwa uang mereka tak laku di Indonesia karena semua orang ingin memberikan "service" pada mereka dan bahwa mereka adalah orang "penting". Datang ke rumah ibadatpun sengaja terlambat, namun ingin disediakan tempat duduk paling depan dan kalau perlu menyuruh orang lain pindah tempat duduk, karena mereka adalah orang "penting". Demikian pula negara Indonesia hanya dipandangnya sebagai negara untuk mencari kekayaan saja. Sikap simpatik hanya diberikan pada orang-orang yang dianggap menguntungkan "posisi" mereka saja. Tak terbayangkan, dahulu bangsa Indonesia menumbangkan Orde Baru untuk memiliki keadaan bangsa yang lebih baik, dan setelah memasuki era Reformasi, muncul orang seperti ini. Walau ia senang berpenampilan mewah dengan berbagai brand ternama maupun semprotan perfume termahal dan paling wangi sekalipun, semua tak ada artinya sama sekali. Ia adalah The Satan Wears BCBGMAXAZRIA.

Walau sangat mengerikan menjumpai hal seperti itu, namun mungkin dapat menjadi masukan bagi kita seperti apa sajakah orang-orang yang ada di dalam masyarakat. Sehingga jika menduduki posisi tinggi, kita tak dibohongi (dan juga tak meniru perilaku seperti itu). Persis seperti kisah sang gubernur yang ingin mengetahui keadaan masyarakatnya yang sebenarnya dan membaur di dalam masyarakatnya. 





                                                image is the courtesy of Louis Vuitton



Rosie Soemardi