PAGES

Wednesday, 24 September 2014

Raffles' The History of Java


Raffles tahun 1817
above image is from wikipedia



Buku "The History of Java" yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Inggris yang berkuasa di Indonesia dalam tahun 1811 hingga 1816, memang sangat berguna bukan saja bagi kepentingan pemerintah Inggris pada saat itu namun juga untuk dunia, bahkan di abad ke 21 inipun buku tersebut tetap merupakan sebuah karya yang sangat luar biasa yang pernah dihasilkan oleh salah seorang pemimpin yang terkenal di dunia. Buku tersebut dicetak dalam dua volume dan diterbitkan dalam tahun 1817. Catatan sejarah yang akan berumur dua abad dalam tahun tahun 2017 itu, memberikan data yang sangat terperinci dan mendalam mulai dari berbagai suku bangsa, bahasa, bentuk wajah, cara berpakaian berbagai level dalam masyarakat, kebiasaan, adat istiadat, kesenian, agama, sejarah, hasil bumi, kekayaan alam yang terkandung baik di darat maupun di laut, berbagai pulau yang ada di Indonesia, berbagai persenjataan penduduk, data penduduk (populasi) di berbagai daerah, hewan-hewan, tumbuhan yang ada di berbagai wilayah di Indonesia, sastra, astronomi, kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia dan masih banyak lagi. Juga disebutkan pula di suatu daerah banyak sekali terdapat emas, sehingga tak sulit menemukannya karena saking banyaknya (adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi bangsa Indonesia bahwa kekayaan yang melimpah ruah itu diambil oleh bangsa penjajah waktu itu). Sehingga buku tersebut merupakan sebuah dokumentasi yang sangat detail mengenai kondisi di Indonesia dan secara khususnya di pulau Jawa. 

Dalam waktu hanya empat tahun, Raffles mempelajari kondisi bangsa Indonesia pada saat itu setelah mengalami penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia digambarkan olehnya sebagai bangsa yang kurang menyukai kegiatan untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Tentu pandangan ini sesungguhnya tidak benar. Pendapat ini seakan-akan meremehkan kemampuan berpikir bangsa Indonesia. Apalagi pada saat itu bangsa Indonesia dalam kondisi sebagai bangsa terjajah. Bangsa yang terjajah tentu saja dicabut hak-haknya untuk menguasai ilmu pengetahuan karena ditakutkan mereka akan memberontak melawan penjajah. Juga pada waktu itu Belanda menanamkan pemikiran bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa bodoh yang tak suka mempelajari pengetahuan, bangsa yang malas. Lalu, bagaimana ketika zaman diputar balik kembali ke zaman Majapahit dimana bangsa Indonesia (Jawa) dapat mengarungi samudra luas dan menyatukan berbagai pulau-pulau yang terletak sangat berjauhan satu sama lain menjadi satu wilayah yang sangat luas (bahkan lebih luas daripada wilayah Indonesia saat ini) di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit ? Jika tak memiliki kemampuan pengetahuan yang tinggi tentu tak mungkin dapat seperti itu, termasuk juga kemampuan teknologi dalam membangun kanal-kanal airnya yang masih dapat disaksikan peninggalannya hingga kini. Belum lagi kemampuan leluhur bangsa Indonesia dalam membuat candi-candi yang sangat indah dengan ukuran yang sangat akurat. Lihatlah candi Borobudur. Bangsa yang bodoh atau malas tidak akan mampu menciptakan bangunan seperti candi Borobudur. Bangsa Indonesia bukan bangsa budak. Kalaupun ada kesalahan leluhur bangsa Indonesia pada zaman dahulu, yakni mereka tidak menciptakan alat-alat pertahanan seperti mesiu, meriam, peluru dan semacamnya sehingga akibatnya dapat ditaklukkan oleh penjajah, selain juga dilempari politik adu domba. Tentu keadaan bangsa Indonesia yang ditulis oleh Raffles di dalam bukunya itu merupakan pandangannya dalam abad itu dimana saat itu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terjajah, yang dicabut segala hak-haknya untuk belajar, terutama setelah mengalami penindasan kolonialisme Belanda yang sangat luar biasa kejam sebelum bangsa Inggris datang. Mereka telah dibentuk menjadi bangsa yang bodoh, tidak berkemampuan dan sebagainya oleh Belanda waktu itu. Perlu diketahui juga bahwa oleh Belanda bangsa Indonesia ditempatkan sebagai bangsa yang berada pada lapisan masyarakat terbawah setelah bangsa Eropa dan bangsa-bangsa asing lainnya yang tinggal di Indonesia. Dengan demikian bangsa Indonesia lama kelamaan memiliki mental rendah diri, merasa tak berharga dan selanjutnya secara alami mengalami kehancuran mental yang menahun. Maka penjajahan dapat berlangsung selama ratusan tahun dengan sangat sukses.

Kembali lagi mengenai Raffles, kemampuan Raffles dalam menganalisa dan menulis menunjukkan tingkat intelektualnya yang tinggi dan juga tampak sebagai seorang yang sangat menghormati sejarah dan kebudayaan Indonesia. Sayang sekali Raffles hanya empat tahun di Indonesia dan selanjutnya Indonesia jatuh kembali ke tangan penjajahan Belanda yang sangat luar biasa kejam. Berbeda dengan Malaysia dan Singapura yang berada dalam penjajahan Inggris.

Buku ini sangat tebal. Volume pertama terdiri atas 479 halaman (belum termasuk lembar introduction), sedangkan yang ke dua terdiri atas 288 halaman (belum termasuk lembar appendix yang juga hampir setebal halaman tadi). Buku-buku tersebut berukuran 23 cm x 28,5 cm dan dicetak dalam bentuk hard cover. Dilengkapi gambar-gambar yang dipilihkan Raffles untuk ditampilkan dalam bukunya tersebut, juga dilengkapi peta, data-data yang terperinci dan kamus bahasa. Buku yang sangat menarik dan siapapun pasti akan sangat senang memilikinya sebagai koleksi. Juga sangat cocok dimiliki oleh siapapun yang senang menganalisa sesuatu ataupun mempelajari sejarah.

Buku "The History of Java" ini kiranya "memanggil" para intelektual Indonesia yang tersebar di segala penjuru tanah air untuk juga menulis dan menghasilkan buku-buku bermutu tinggi seperti ini sebagai karya-karya prestisius anak bangsa. Catatan sejarah ini memang sangat bermutu tinggi, tak lekang akan waktu dan patut dicontoh. 


Berikut ini beberapa cuplikan dari buku tersebut :










Rosie Soemardi
image is the courtesy of Rosie Soemardi