Translate

Showing posts with label Article of the Day. Show all posts
Showing posts with label Article of the Day. Show all posts

Monday, 21 April 2014

RA Kartini : Tokoh Emansipasi Wanita Indonesia





Setiap tanggal 21 April Indonesia memperingati hari Kartini. Pada hari itu masyarakat Indonesia mulai dari siswa sekolah hingga pegawai perusahaan memiliki kebiasaan mengenakan berbagai macam baju daerah yang ada di Indonesia sebagai cara memperingati hari Kartini. 


RA Kartini adalah seorang tokoh emansipasi wanita Indonesia. Lahir di Jepara (Jawa Tengah) pada tanggal 21 April 1879 dan wafat dalam usia 25 tahun pada tanggal 17 September 1904. Ia memiliki seorang putra tunggal bernama RM Soesalit yang di kemudian hari menjadi Mayjen RM Soesalit, seorang mantan Panglima Divisi III / Diponegoro (1 Oktober 1946 - 1 Juni 1948). Ketika RA Kartini wafat, putranya masih berusia sekitar satu bulan. 

RA Kartini berasal dari keluarga aristokrat Jawa. Ayahnya adalah seorang bupati Jepara bernama RM Adipati Ario Sosroningrat. RA Kartini bersekolah hingga usia 12 tahun di ELS atau Europese Lagere School kemudian dipingit sebagaimana kebiasaan keluarga bangsawan Jawa terhadap anak perempuan pada masa itu. Hal ini menjadi pergolakan bathin RA Kartini karena ia seorang yang berpikiran maju dan cerdas yang memiliki kegemaran membaca buku-buku dan surat kabar berbahasa Belanda mengenai berbagai hal. Ia pernah memiliki rencana untuk bersekolah di Belanda, kemudian juga pernah berencana masuk sekolah kedokteran di Batavia (Jakarta), termasuk melanjutkan studi untuk menjadi guru di Batavia, namun semuanya tak tercapai. Tampaknya beliau tak mendapatkan jalan yang mulus dari keluarganya. Padahal bagi RA Kartini pendidikan adalah hal yang utama. Kepada sahabat-sahabatnya di Belanda ia sering mengungkapkan isi hatinya yang sangat menyiksa bathinnya ini. RA Kartini juga seorang yang menentang poligami, namun ia terpaksa menuruti kehendak keluarganya yang menikahkannya dengan KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang bupati Rembang yang telah memiliki tiga istri. Akibat pernikahannya dalam tahun 1903 ini, RA Kartini tak dapat mewujudkan cita-citanya untuk melanjutkan studinya. Namun demikian, suaminya memberikan jalan kepadanya untuk mendirikan sekolah wanita untuk pribumi di kabupaten Rembang. Setahun kemudian beliau wafat yakni beberapa hari setelah melahirkan puteranya. 

Surat-surat RA Kartini kepada sahabat-sahabatnya kemudian diterbitkan menjadi buku untuk pertama kalinya berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" dalam tahun 1922, yang kemudian diperbarui lagi dalam tahun 1938 oleh Armijn Pane. Kemudian dalam tahun 1964, Presiden Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia.

Mempelajari kisah RA Kartini adalah sesuatu hal yang sangat menyedihkan. Bagaimana seorang wanita yang cerdas dan bercita-cita tinggi diputus di tengah jalan begitu saja sehingga tak dapat mewujudkan cita-citanya. Ini adalah hal yang biasa terjadi di tanah Jawa pada masa itu. Namun anehnya, jika kita menengok pada zaman yang jauh lebih kuno lagi, tepatnya pada masa kerajaan Majapahit dan pada masa-masa sebelumnya, justru beberapa kali tanah Nusantara (Indonesia) dipimpin oleh raja-raja wanita (Ratu) yang cakap memimpin kerajaan. Hal ini menunjukkan pada zaman yang lebih kuno lagi justru tak ada diskriminasi antara pria dan wanita di tanah Nusantara. Salah satu Ratu yang terkenal adalah Ratu Tri Buana Tungga Dewi yang memerintah kerajaan Majapahit selama 22 tahun (1328 - 1350). Beliau adalah ibunda Prabu (Raja) Hayam Wuruk. Dalam masa Ratu Tri Buana Tungga Dewi, kerajaan Majapahit mulai menunjukkan kejayaannya dan Maha Patih Gajah Mada yang mendampinginya kala itu mengeluarkan sumpah Palapa yang sangat terkenal. Majapahit adalah simbol kejayaan, kebesaran, kekuatan dan kemakmuran Nusantara. Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, Nusantara mengalami kemerosotan yang sangat luar biasa drastis hingga mudah dijajah selama beratus-ratus tahun. 

Kembali pada RA Kartini, beliau menjadi simbol perjuangan wanita Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan pria. Kini, lebih dari seratus tahun setelah wafatnya RA Kartini, wanita Indonesia telah mendapatkan kesempatan yang sama dengan pria dalam menempuh pendidikan yang setara bahkan termasuk memasuki bidang-bidang sulit yang tak terpikirkan sebelumnya pada masa RA Kartini. Bangsa yang maju adalah bangsa yang tak melakukan diskriminasi antara pria dan wanita, karena keduanya berperan membangun bangsa dan negara dan akan lebih mempercepat kemajuan bangsa dan negara. 


source : berbagai sumber
image is the courtesy of Tropen Museum Netherlands via Wikimedia commons
read also : http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2013/04/25/222962

Rosie Soemardi

Sunday, 20 April 2014

Persiapan SUPER EXPRESS Menghadapi ASEAN Community 2015






ASEAN adalah organisasi internasional di kawasan Asia Tenggara dimana Indonesia menjadi salah satu pelopornya dan dibentuk di Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Pada saat itu jumlah anggota ASEAN baru lima negara. Kini telah menjadi sepuluh buah negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Laos.  


Hanya dalam beberapa bulan lagi akan terlaksana ASEAN Community 2015 yang berarti diberlakukannya secara sah liberalisasi jasa di negara-negara ASEAN. Hal ini menjadikan pekerja professional dari setiap negara ASEAN bebas untuk bekerja di negara ASEAN yang lain dan akan mendapat kesempatan kerja yang sama seperti tenaga kerja asli di negara tersebut. Tenaga kerja professional Indonesia dapat bekerja di negara-negara ASEAN lainnya tanpa memperoleh hambatan. Demikian pula halnya dengan tenaga kerja dari negara-negara ASEAN lainnya akan masuk ke Indonesia dan menyerbu lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia. 

Sekarang pertanyaannya, apakah tenaga kerja Indonesia sudah sungguh-sungguh siap bersaing dengan tenaga kerja asing ? 

Indonesia adalah salah satu negara terpadat di dunia dengan jumlah penduduk di atas 230 juta jiwa. Masalah pengangguran yang menumpuk baik di tingkat bawah yakni mereka yang berpendidikan rendah maupun pengangguran intelektual merupakan hal yang menjadi problem di Indonesia yang belum tertanggulangi sampai saat ini. Jika belum diberlakukan ASEAN Community 2015 saja sudah demikian banyak pengangguran, bagaimana halnya setelah sah diberlakukannya ? Tentu hal ini tak menjadi persoalan jika sumber daya manusia Indonesia memiliki daya saing yang sangat tinggi di dunia dan paling dicari dibandingkan sumber daya manusia dari negara-negara lain. 

Pertama, bangsa Indonesia tak fasih berbahasa Inggris, sedangkan bahasa Inggris adalah bahasa pergaulan internasional. Negara-negara ASEAN lain yang merupakan negara persemakmuran Inggris tak memandang unsur kecakapan berbahasa Inggris sebagai persoalan lagi karena dalam keseharian merekapun sudah berbahasa Inggris dari berbagai tingkat masyarakat. Adalah sesuatu yang biasa bagi mereka jika seorang supir taksi ataupun petugas cleaning service dapat fasih berbahasa Inggris. Singapura dan Malaysia merupakan negara yang paling diuntungkan dalam kemampuan bahasa karena bukan saja bahasa Inggris yang mereka kuasai, namun dalam kehidupan sehari-hari mereka juga berbicara dalam bahasa Mandarin, Melayu dan Tamil. Sehingga persaingan di tingkat bahasa dapat mereka lampaui dengan sangat mudah. Sebagaimana kita ketahui, selain bahasa Inggris, bahasa Mandarin juga berperan besar dalam dunia kerja. Demikian pula halnya dengan negara Filipina yang tak mengalami kendala dalam persoalan bahasa karena merekapun sangat fasih berbahasa Inggris dalam keseharian mereka.

Ke dua, pengajaran di perguruan tinggi di Indonesia masih banyak yang tak sinkron dengan dunia kerja. Setelah lulus menjadi seorang sarjana apakah materi yang diajarkan di bangku kuliah menunjang pekerjaan mereka di dunia kerja ? Seringkali bekal dari perguruan tinggi tak mencukupi, padahal untuk luluspun seorang sarjana menyelesaikan beban sks (satuan kredit semester) yang tak sedikit. Sebagai contoh sederhana, seorang siswa jurusan sastra asing yang sebagian besar materi kuliahnya hanya berkisar mengenai drama, poetry dan prosa, namun sangat sedikit sekali mendapat materi penerjemahan dan percakapan, padahal yang dibutuhkan di dunia kerja adalah kemampuan menerjemahkan secara lisan dan tulisan dan kemampuan berkomunikasi secara fasih. Di sini pihak perancang materi pendidikan di perguruan tinggi tersebut tak melihat lebih jauh mengenai apa sebetulnya yang paling dibutuhkan siswa kelak ketika memasuki dunia kerja. Ini yang disebutkan bahwa mereka mencetak para lulusan yang tak siap pakai. Ketika di tempat kerjanya ia dibutuhkan untuk menjadi penerjemah lisan dan tulisan, ia tak dapat memenuhi standar yang diharapkan, ataupun masih harus belajar lagi.  

Ataupun juga karena keterbatasan fasilitas yang ada di perguruan tinggi tersebut membuat siswa tak maksimal dalam mempelajari ilmunya di bangku kuliah. Perguruan-perguruan tinggi di Indonesia belum ada yang termasuk 100 universitas terbaik di dunia.  Sedangkan perguruan tinggi di negara ASEAN yang lain ada yang sudah mencapainya, bahkan sering menjadi tujuan belajar bagi para pelajar Indonesia. 

Karena ASEAN Community 2015 akan dilaksanakan dalam waktu yang tak lama lagi, maka kiranya setiap insan bangsa Indonesia mulai membekali diri mulai sekarang semaksimal mungkin. Entah apakah itu siswa yang masih duduk di bangku kuliah ataupun mereka yang sudah lulus menjadi sarjana, atau bahkan mereka yang sudah terjun dalam dunia pekerjaan, agar memperdalam kemampuan bahasa Inggris masing-masing. Bahkan teknologi sekarang melalui media youtube misalnya, dapat memberikan kemudahan kepada siapapun untuk mempelajari atau memperdalam kemampuan bahasa secara gratis dari intenet melalui beragam channel pengajaran bahasa yang ditawarkan. 

Buatlah satu kelompok kecil yang terdiri atas maksimal lima orang untuk bertemu secara rutin dan bertujuan untuk melancarkan percakapan dalam bahasa Inggris. Agar tujuan menggunakan bahasa Inggris berjalan lancar dan tak keluar jalur, kiranya sebelum hari pertemuan agar sudah ditentukan topik pembicaraan yang akan dibahas sehingga setiap orang sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Akan lebih baik lagi jika di dalam kelompok kecil tersebut ada yang lebih baik kemampuan bahasa Inggrisnya daripada yang lain sehingga ia dapat memperbaiki kesalahan grammar atau vocabulary teman-temannya. Kegiatan seperti ini agar dilakukan dengan keseriusan dan penuh semangat untuk membuahkan hasil yang baik. Bagi mereka yang telah lancar berbahasa Inggris, maka cara yang sama dilakukan pula untuk mempelajari bahasa Mandarin. Atau bagi mereka yang merasa perlu untuk melengkapi diri dengan mempelajari bahasa Tagalog atau Thailand, maka mengapa tidak ? 

Kemudian pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kiranya selalu berkoordinasi dengan sangat baik dengan pihak Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mengingat para lulusan dari berbagai jenjang pendidikan akan mencari pekerjaan di berbagai tempat yang tentu penyedia lapangan pekerjaan itu tunduk di bawah Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Janganlah terus membiarkan kondisi para lulusan perguruan tinggi yang tak siap pakai di dunia kerja. Apakah yang harus secepatnya dilakukan agar semua lulusan tersebut siap pakai di dunia kerja ? Kiranya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan selalu menekankan dan memberikan pengarahan kepada semua lembaga pendidikan, perguruan tinggi, dan sebagainya untuk memberikan ilmu yang nanti betul-betul langsung terpakai di tempat kerja, dengan kegiatan praktek yang lebih banyak daripada teori di dalam kelas. 

Jika kita bertemu dengan mereka yang pernah mengenyam pendidikan di zaman Orde Lama, kita dapat menyaksikan bahwa kemampuan bahasa asing mereka sangat baik. Harus diakui bahwa cara mendidik siswa di zaman Orde Lama sangat baik sekali, walaupun saat itu Indonesia belum lama merdeka. Pendidikan yang mereka dapat langsung terpakai di dunia kerja. Hingga saat ini cara mendidik siswa di Indonesia belum ada yang dapat mengalahkan zaman Orde Lama. Dimana setelah zaman Orde Lama, cara mendidik siswa di sekolah lebih banyak bersifat pasif, dengan fokus pada hafalan dan teori, daripada mengembangkan proses berpikir, menambah wawasan, menganalisa sesuatu, memecahkan masalah atau melakukan praktek yang lebih berguna bagi siswa daripada dipenuhi teori saja di dalam kelas. Namun, banyak pula prestasi yang sangat membanggakan dari siswa Indonesia selama ini. Setiap diadakan Olimpiade Matematika, Fisika dan sebagainya, siswa-siswa Indonesia tak pernah absen meraih medali emas. Bukti bahwa para siswa Indonesia pintar-pintar dan mampu bersaing di dunia internasional.   

Bagi mereka yang masih duduk di bangku kuliah agar juga mengisi waktu dengan hal-hal positif, misalnya melakukan magang atau pekerjaan part time di berbagai perusahaan bertaraf internasional yang akan lebih memudahkannya memasuki dunia kerja kelak. 

Dan akhirnya, sudah tiba saatnya bangsa Indonesia menekan laju pertumbuhan penduduk yang terlampau besar. Jumlah penduduk yang terlalu banyak lebih mendatangkan kerugian daripada keuntungan. Kita dapat melihat bahwa negara-negara makmur hanya memiliki jumlah penduduk yang sedikit. Kepadatan penduduk hanya memberikan berbagai masalah mulai dari pengangguran, kemiskinan dan kejahatan. Untuk dapat memasuki perguruan tinggi terbaik harus bersaing keras karena jumlah bangku yang tersedia tak sebanding dengan jumlah pelamar, demikian pula halnya untuk memperoleh pekerjaan setelah lulus menjadi sarjana. Negara Amerika Serikat yang sangat kaya raya dan luas wilayah negaranya jauh lebih luas daripada luas wilayah Indonesia (kurang lebih lima kali lebih luas daripada luas wilayah Indonesia) memiliki jumlah penduduk yang tak berbeda jauh dengan jumlah penduduk di Indonesia (Amerika Serikat berada di peringkat ke tiga sedangkan Indonesia berada di peringkat ke empat mengenai jumlah penduduknya). Sedangkan negara Indonesia masih merupakan negara berkembang yang masih berjuang untuk menyejahterakan seluruh rakyatnya dan masih berjuang agar seluruh rakyatnya dapat mengenyam pendidikan secara merata. Dahulu adanya program Keluarga Berencana sangatlah baik. Hal ini harus diterapkan kembali agar segera mengurangi masalah pengangguran, kemiskinan dan kejahatan secara sangat significant

Sebagai tambahan, kondisi perekonomian di Indonesia yang tidak stabil juga terus menerus memacu inflasi. Kenaikan harga terjadi setiap waktu tanpa melihat kemampuan atau kondisi perekonomian rakyat yang sesungguhnya. Akibatnya, berbagai usaha yang tak mampu bertahan menjadi gulung tikar atau mengurangi pekerjanya (khususnya terjadi pada usaha kecil menengah). Sehingga semakin banyak lagi pengangguran yang terjadi. Dan yang masih bekerjapun menuntut kenaikan upah agar juga dapat bertahan hidup setelah terjadi inflasi (terjadi pada mereka yang berpenghasilan minim). Keluarga dengan keuangan terbatas tak mampu bertahan hingga tak dapat menyekolahkan anaknya lagi. Banyak siswa putus sekolah atau tak dapat bersekolah karena semakin tingginya biaya sekolah, padahal dari waktu ke waktu dibutuhkan sumber daya manusia yang semakin baik akibat persaingan yang semakin tinggi untuk mendapatkan pekerjaan. Kehidupan menjadi bertambah sulit akibat inflasi, sekecil apapun inflasi yang terjadi. Adanya kesejahteraan yang tidak merata di dalam bangsa menyebabkan sebagian orang tak dapat merasakan apa yang dirasakan sebagian rakyat yang lain. Bagi mereka yang telah hidup sangat sejahtera, kenaikan harga dirasakan tak terlalu berarti ataupun berarti hanya mengurangi sedikit anggaran belanja mereka, namun untuk sebagian orang yang lain itu berarti "kematian". Pengangguran, kemiskinan dan kejahatan juga semakin meningkat akibat hal ini.    

Diharapkan dengan dilaksanakannya ASEAN Community 2015, Indonesiapun memperbaiki banyak hal di dalam negerinya untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsanya. 


Rosie Soemardi

Tuesday, 28 January 2014

Undercover (Menyamar)



                                        image is the courtesy of Louis Vuitton


Apakah anda pernah menyamar ? Meninggalkan kehidupan di lingkungan elite dimana anda telah sangat terbiasa dan yang telah anda tinggali selama berpuluh-puluh tahun, dan pergi ke sebuah daerah atau negara lain dimana tak ada satupun yang mengenal anda sama sekali dan membaur menjadi rakyat kebanyakan, ikut naik turun bis dan menyeberang jembatan, merasakan terpaan angin kencang, kehujanan dan kepanasan. Bahkan jika anda ke negara dimana sebagian besar pekerja rumah tangganya berasal dari negara anda, bisa-bisa anda juga ikut disangka sebagai salah seorang pembantu. Karena di zaman sekarang, seorang pembantu rumah tangga terkadang juga tak tampak sebagai pembantu, sehingga mungkin anda akan disangka sebagai salah satu pembantu yang sudah mendapat penampilan make over. Tak sedikit orang yang pernah mengalami hal demikian ketika berada di negara tersebut, yakni disangka sebagai pembantu rumah tangga.

Siddharta Gautama pernah keluar meninggalkan kehidupan nyaman di istananya dan sangat terkejut menyaksikan kehidupan rakyat di luar istana, Presiden Soekarno juga dalam beberapa kesempatan pernah menyamar di antara rakyatnya, Sri Sultan Hamengkubuwono IX pun demikian ketika masa revolusi. Juga pernah dalam suatu acara TV, Oprah Winfrey mengetengahkan beberapa orang yang menyamar menjadi orang-orang lapisan bawah misalnya sebagai tukang sampah, buruh pabrik, dan sebagainya, padahal sesungguhnya mereka adalah para pimpinan puncak di perusahaan tersebut. Mereka yang menyamar tak terlihat terampil dalam pekerjaan baru tersebut karena dalam kehidupan yang sebenarnya mereka lebih banyak bekerja menggunakan pemikiran daripada tenaga, dan oleh sebabnya ada kalanya mereka dikata-katai lamban, bodoh dan sebagainya. Juga pernah dalam suatu program di TV asing dimana beberapa orang diminta untuk saling bertukar tempat dalam kehidupan mereka selama beberapa minggu. Yang berasal dari kalangan sangat berkecukupan bertukar kehidupan dengan mereka yang berasal dari lapisan bawah. Pada intinya, mereka yang berasal dari lapisan bawah langsung menyukai kehidupan mereka yang baru walaupun mereka masih harus banyak belajar mengenai etiket, namun sebaliknya yang berasal dari kalangan sangat berkecukupan merasa sangat tersiksa setelah ditukar kehidupannya, seakan-akan dunia terbalik dan mereka betul-betul tampak seperti orang-orang linglung. 

Salah seorang Gubernur di sebuah provinsi di Indonesia sangat dikenal dengan kegemarannya berada di antara masyarakat lapisan bawah, dan memiliki kepribadian yang rendah hati dan simpatik. Ia pernah mengungkapkan bahwa di masa kanak-kanaknya ia pernah tinggal di dekat bantaran kali sehingga mengetahui bagaimana rasanya orang-orang yang terkena banjir. Ketika berada di jalan raya, ia tak mau menggunakan fasilitas voor rider karena ingin bersama-sama dengan masyarakat kebanyakan merasakan bagaimana rasanya terjebak dalam kemacetan dan karenanya dapat lebih mudah menemukan solusi untuk kemacetan tersebut. Tak jarang para pengemudi lain bahkan tak mengetahui bahwa ia ikut berada di samping mereka terjebak dalam kemacetan. Seorang yang memberikan contoh sebagai sebuah pribadi yang tulus, mau mengabdi untuk rakyat sehingga jabatan tinggi dan harta tak membuatnya menjadi lupa diri. Ia juga berpenampilan sederhana, tak gemar memakai brand ternama. Bahkan sering tampil dalam kemeja putih berpotongan sederhana. Namun merupakan sebuah pribadi yang membuat kita menghormatinya dari lubuk hati yang terdalam. 

Sebagai contoh lain. Di Bandar Sunway, terjadi sepak terjang seorang istri anggota DPRD Tingkat I yang sangat gemar menindas dan memperlakukan orang lain layaknya sebagai budak belian, dan dirinya tak pernah terpuaskan sama sekali. Hanya untuk bangun tidur saja, pembantunya mendapat tugas untuk membangunkan mereka setiap pagi ataupun siang, dan ia memeras tenaga pembantunya selama 24 jam sehari. Pembantunyapun tak pernah mengetahui sedikitpun seperti apa negara yang ditinggalinya itu, karena hanya terkurung di dalam rumah mereka selama bertahun-tahun tanpa diberikan passportnya. Dengan harta yang berlimpah-limpah mereka dapat membeli beberapa Mercedes dan juga Ferrari di negara itu, namun ia tega memberikan sisa-sisa makanan dari piring makan tamunya kepada orang-orang yang dianggapnya lebih rendah. Kata-kata sangat luar biasa kasar, teriakan, makian dan hinaan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya kepada orang-orang yang dianggapnya lebih rendah darinya, dan terus menyombongkan posisi suaminya sebagai wakil rakyat. Jikapun ia meminta orang lain menjemputnya, maka pintu mobil yang menjemputnya harus berada tepat di hadapan hidungnya, dengan hitungan yang pas dengan langkah kakinya ketika ia mulai melangkah keluar dari tempat yang dikunjunginya. Jika dirasanya jarak mobil kurang 1 centimeter atau ia menunggu 1 detik, maka ia mengamuk membabi-buta. Sangat luar biasa mengerikan, tak ada bedanya dengan melihat iblis dari neraka. Ia sangat senang merendahkan orang lain, seakan-akan orang lain tak berharga sama sekali. Karena tak pernah puas, ia tak dapat melihat perbuatan baik orang lain kepadanya. Yang dicari olehnya adalah kesalahan orang lain, walaupun tak ada kesalahan orang itu. Hal ini sangat mengerikan, terlebih-lebih ketika mengetahui bahwa awal mulanya mereka berasal dari rakyat kalangan bawah, namun setelah mendapat harta dan jabatan membuat mereka menjadi sangat luar biasa sombong, pongah, takabur, gila hormat dan senang menindas. Jabatan digunakan sebagai tuntutan pada orang lain untuk menyembah-nyembah dan melayani mereka, bukan sebaliknya dipakai untuk melayani rakyat. Ia selalu memamerkan bahwa uang mereka tak laku di Indonesia karena semua orang ingin memberikan "service" pada mereka dan bahwa mereka adalah orang "penting". Datang ke rumah ibadatpun sengaja terlambat, namun ingin disediakan tempat duduk paling depan dan kalau perlu menyuruh orang lain pindah tempat duduk, karena mereka adalah orang "penting". Demikian pula negara Indonesia hanya dipandangnya sebagai negara untuk mencari kekayaan saja. Sikap simpatik hanya diberikan pada orang-orang yang dianggap menguntungkan "posisi" mereka saja. Tak terbayangkan, dahulu bangsa Indonesia menumbangkan Orde Baru untuk memiliki keadaan bangsa yang lebih baik, dan setelah memasuki era Reformasi, muncul orang seperti ini. Walau ia senang berpenampilan mewah dengan berbagai brand ternama maupun semprotan perfume termahal dan paling wangi sekalipun, semua tak ada artinya sama sekali. Ia adalah The Satan Wears BCBGMAXAZRIA.

Walau sangat mengerikan menjumpai hal seperti itu, namun mungkin dapat menjadi masukan bagi kita seperti apa sajakah orang-orang yang ada di dalam masyarakat. Sehingga jika menduduki posisi tinggi, kita tak dibohongi (dan juga tak meniru perilaku seperti itu). Persis seperti kisah sang gubernur yang ingin mengetahui keadaan masyarakatnya yang sebenarnya dan membaur di dalam masyarakatnya. 





                                                image is the courtesy of Louis Vuitton



Rosie Soemardi

Thursday, 18 October 2012

Hedonisme






Dunia fashion & style adalah dunia yang sangat glamour. Di sana terdapat begitu banyak barang yang sangat indah menggoda. Konsumen  seakan tak pernah puas. Ia ingin memiliki semuanya, seolah-olah tak ada hentinya, godaan yang tak ada habisnya pada materi. Ia menjadi begitu sangat memuja benda-benda yang sangat prestisius, mewah, bergengsi. Barang-barang mewah itu seakan-akan menjadi sarana untuk meningkatkan gengsinya dan memberikan jati diri kepadanya. Akhirnya hidupnya hanya berfokus pada materi dan memuja materi secara berlebihan. Karena melalui materi, ia dimudahkan dalam memperoleh barang-barang mewah tersebut. Padahal nilai kehidupan lebih dalam daripada itu. Kehidupan bukan hanya pada pemujaan materi semata.

Dalam dunia fashion & style, ditawarkan gaya hidup yang sangat tinggi. Ketika seseorang menjadi konsumen yang berlebihan, maka makna kehidupan ini hilang. Begitu banyaknya brand ternama menawarkan produk-produk terbaru mereka setiap saat. Brand yang sudah sangat terkenal berani memberikan harga yang luar biasa tinggi untuk sebuah produk. Untuk memiliki sebuah baju dari koleksi Ready to Wear saja mereka bisa memasang harga IDR 300 juta. Di dunia dimana orang-orangnya tak pernah kehabisan uang, adalah lumrah. Hidup berfoya-foya, bermewah-mewah tak ada habisnya. Membeli sebuah gaun dengan harga semahal itu dianggap biasa. 






Tak semua produk dari brand ternama itu membuat pemakainya lebih cantik atau tampan. Apalagi jika konsumen memiliki karakter  senang memamerkan kekayaan. Mereka selalu haus barang-barang bermerek. Gaun yang mereka kenakan pastinya sangat mahal, namun sebenarnya tak pantas dikenakan mereka. Bahkan ada yang menjadikan mereka seperti badut, atau seperti memakai kostum Halloween. 

Tak ada yang salah memiliki kegemaran shopping akan barang-barang mewah jika memiliki uang yang tak ada habisnya. Namun, jika dibarengi dengan sikap berjiwa sosial yang tinggi dan juga memiliki keinginan mengentaskan kemiskinan orang-orang di sekeliling kita - tanggap akan banyaknya orang melarat di dunia - bukan hanya hidup bermewah-mewah sendiri, maka di situlah seseorang memiliki kualitas sejati yang sesungguhnya, jauh melebihi nilai barang-barang super mewah tersebut. 



Rosie Soemardi