Melaka (kini sebuah kota tua di Malaysia) dan seluruh Malaysia, dahulu merupakan bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit (berdiri dalam abad ke 13 hingga 15) adalah sebuah kerajaan adi kuasa yang sangat kuat di Asia Tenggara, memiliki peradaban yang sangat tinggi dan wilayah kekuasaan yang sangat luas, kaya raya dan sangat disegani dengan pusat kerajaan di Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur), Indonesia. Majapahit runtuh karena perang saudara di dalam kerajaan itu sendiri, ditambah lagi dengan kondisi raja terakhir yang terlalu lemah dan tak cepat tanggap dalam menyikapi berbagai persoalan yang sudah sangat serius di dalam lingkungan kerajaan. Menjelang runtuhnya Majapahit, berbagai kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya satu persatu mulai melepaskan diri. Salah satunya adalah Melaka.
Setelah tak ada lagi kerajaan Majapahit, begitu sangat mudahnya Nusantara (atau Indonesia) dijajah oleh bangsa asing, seiiring dengan masuknya mereka mencari tanah jajahan dalam abad ke 16. Sedangkan Melaka sendiri pernah dijajah oleh Portugis, Belanda, Inggris, Jepang, kemudian kembali lagi pada Inggris hingga diberikan kemerdekaan dan akhirnya terbentuk negara Malaysia.
Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming (China) yang sangat legendaris itu, berulang-kali mengunjungi Indonesia dalam abad ke 15, sebanyak tujuh kali. Melaka menjadi tempat persinggahannya sebelum meneruskan perjalanannya ke pulau Jawa, dan sebagainya. Melaka sendiri awalnya didirikan tahun 1403 oleh Parameswara, seorang pangeran yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan, Indonesia.
Kini, apakah yang dapat kita lihat di Melaka? Kota yang sejak tahun 2008 dijadikan salah satu dari World Heritage Site oleh UNESCO.
Para wisatawan terlihat di depan Sam Po Kong Temple |
Sumur Hang Li Po dari kejauhan |
Penjelasan mengenai sumur Hang Li Po |
Gereja tua St Peter yang didirikan Belanda dalam tahun 1710 |
Ini adalah landmark kota Melaka, berupa air mancur Victoria dan Christ Church Warna merah mendominasi kota Melaka |
Stadthuys adalah tempat Gubernur Belanda dan bawahannya. Dahulu bangunan ini berwarna putih, namun kini berwarna merah. |
Gallery of Admiral Cheng Ho |
Gallery of Admiral Cheng Ho dari kejauhan |
Pemandangan Melaka dari atas bukit |
Pemandangan sekitar St Paul's Church dengan patung Franciscus Xaverius |
Penjelasan mengenai St Paul's Church Belakangan dijadikan areal pemakaman di zaman Belanda |
Dahulu jenazah Franciscus Xaverius disemayamkan di sini dalam abad ke 16 sebelum dibawa ke Goa, India |
Pemandangan di sekitar St Paul's Church Yang menarik, di kejauhan tampak tanaman-tanaman yang dibentuk (pada latar belakang signage ini) sehingga tampak lebih menawan |
Wisatawan mengamati bongkahan nisan-nisan kuno Belanda di areal St Paul's Church |
Puing-puing St Paul's Church |
Jika anda menuruni bukit Melaka akan melihat makam kuno ini. Suasana angker terasa |
Pemandangan kota Melaka ketika menuruni bukit Melaka Tampak dari kejauhan becak khas Melaka (trishaw) yang dihiasi bunga-bunga (berwarna kuning) |
Reruntuhan benteng Portugis, A'Famosa (Porta de Santiago) Didirikan oleh Alfonso d'Albuquerque dalam tahun 1511 |
Suasana kota Melaka |
Jonker Street adalah kawasan yang dipenuhi oleh pemukiman dan toko-toko kaum peranakan Chinese |
Portuguese Square Kawasan kaum peranakan Portugis di Melaka |
Rumah tua di kawasan pemukiman peranakan Portugis Rumah ini luar biasa mungil |
Penjelasan mengenai rumah tua itu yang dilindungi oleh pemerintah setempat |
Rosie Soemardi