Translate

Monday 20 January 2014

Malacca (Melaka)



Melaka (kini sebuah kota tua di Malaysia) dan seluruh Malaysia, dahulu merupakan bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit (berdiri dalam abad ke 13 hingga 15) adalah sebuah kerajaan adi kuasa yang sangat kuat di Asia Tenggara, memiliki peradaban yang sangat tinggi dan wilayah kekuasaan yang sangat luas, kaya raya dan sangat disegani dengan pusat kerajaan di Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur), Indonesia. Majapahit runtuh karena perang saudara di dalam kerajaan itu sendiri, ditambah lagi dengan kondisi raja terakhir yang terlalu lemah dan tak cepat tanggap dalam menyikapi berbagai persoalan yang sudah sangat serius di dalam lingkungan kerajaan. Menjelang runtuhnya Majapahit, berbagai kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya satu persatu mulai melepaskan diri. Salah satunya adalah Melaka. 

Setelah tak ada lagi kerajaan Majapahit, begitu sangat mudahnya Nusantara (atau Indonesia) dijajah oleh bangsa asing, seiiring dengan masuknya mereka mencari tanah jajahan dalam abad ke 16. Sedangkan Melaka sendiri pernah dijajah oleh Portugis, Belanda, Inggris, Jepang, kemudian kembali lagi pada Inggris hingga diberikan kemerdekaan dan akhirnya terbentuk negara Malaysia.

Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming (China) yang sangat legendaris itu, berulang-kali mengunjungi Indonesia dalam abad ke 15, sebanyak tujuh kali. Melaka menjadi tempat persinggahannya sebelum meneruskan perjalanannya ke pulau Jawa, dan sebagainya. Melaka sendiri awalnya didirikan tahun 1403 oleh Parameswara, seorang pangeran yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan, Indonesia.

Kini, apakah yang dapat kita lihat di Melaka? Kota yang sejak tahun 2008 dijadikan salah satu dari World Heritage Site oleh UNESCO. 


Sam Po Kong Temple di Bukit Cina (tampak dari
dalam). Bukit Cina sendiri dikenal sebagai
pemakaman kuno yang arealnya sangat luas
untuk orang-orang Cina.
Di sana banyak terdapat peninggalan dari zaman
Dinasti Ming.


Para wisatawan terlihat di depan
Sam Po Kong Temple



Ini adalah sumur tua Hang Li Po.di sebelah Sam Po Kong Temple
Hang Li Po adalah seorang puteri dari China (Dinasti Ming)
yang dinikahkan dengan Sultan Melaka.
Sumur ini dibuat khusus untuknya dan airnya tak pernah kering.



Sumur Hang Li Po dari kejauhan



Penjelasan mengenai sumur Hang Li Po



Gereja tua St Peter yang didirikan Belanda dalam tahun 1710



Ini adalah landmark kota Melaka,
berupa air mancur Victoria dan Christ Church
Warna merah mendominasi kota Melaka



Stadthuys adalah tempat Gubernur
Belanda dan bawahannya.
Dahulu bangunan ini berwarna putih,
namun kini berwarna merah.


Gallery of Admiral Cheng Ho




Gallery of Admiral Cheng Ho dari kejauhan



Pemandangan Melaka dari atas bukit



Jalanan menuju St Paul's Church, gereja yang
didirikan di atas puncak bukit dalam tahun 1521
oleh Duarte Coelho, seorang Portugis.
Nama St Paul's Church kemudian
diberikan di zaman Belanda
Daerah ini terasa angker




Pemandangan sekitar St Paul's Church dengan patung Franciscus Xaverius



Patung Franciscus Xaverius.
Sehari setelah patung ini berdiri dalam tahun 1952,
secara aneh kehilangan tangan kanannya
karena tertimpa pohon.
Dalam kehidupan nyata demikian pula yang
terjadi pada jenazah Franciscus Xaverius
yang kehilangan tangan kanannya
dalam tahun 1614.



Penjelasan mengenai St Paul's Church
Belakangan dijadikan areal pemakaman di zaman Belanda



Dahulu jenazah Franciscus Xaverius
disemayamkan di sini dalam abad ke 16
sebelum dibawa ke Goa, India



Pemandangan di sekitar St Paul's Church
Yang menarik, di kejauhan tampak tanaman-tanaman yang
dibentuk (pada latar belakang signage ini)
sehingga tampak lebih menawan



Wisatawan mengamati bongkahan nisan-nisan
kuno Belanda di areal St Paul's Church



Puing-puing St Paul's Church




Jika anda menuruni bukit Melaka akan melihat makam kuno ini.
Suasana angker terasa



Pemandangan kota Melaka ketika menuruni bukit Melaka
Tampak dari kejauhan becak khas Melaka (trishaw)
yang dihiasi bunga-bunga (berwarna kuning)




Reruntuhan benteng Portugis, A'Famosa (Porta de Santiago)
Didirikan oleh Alfonso d'Albuquerque dalam tahun 1511



Suasana kota Melaka



Jonker Street adalah kawasan yang dipenuhi oleh
pemukiman dan toko-toko kaum peranakan Chinese



Portuguese Square
Kawasan kaum peranakan Portugis di Melaka



Rumah tua di kawasan pemukiman peranakan Portugis
Rumah ini luar biasa mungil



Penjelasan mengenai rumah tua itu yang dilindungi oleh pemerintah setempat




image is the courtesy of Rosie Soemardi
Rosie Soemardi

Saturday 18 January 2014

Oriental Look from Biyan and Sebastian Gunawan


Both of them are Indonesian prominent designers. Here are some of their designs showing the Oriental look. 


From Biyan :




From Sebastian Gunawan :






image is the courtesy of BiyanSebastian Gunawan
rosie soemardi

Keindahan Dekorasi Menjelang Chinese New Year








Starhill Gallery dan Pavilion adalah mall yang paling stylish di Kuala Lumpur. Keduanya terletak di kawasan Golden Triangle Bukit Bintang. Untuk Pavilion, salah satu hal yang juga menjadi daya tariknya adalah kreatifitasnya dalam menciptakan dekorasi yang sangat indah dan atraktif untuk setiap season, selain berbagai atraksi menarik yang juga ditampilkannya dengan teratur di dalam maupun luar mall ini menjelang perayaan tertentu. 

Sedangkan menjelang Chinese New Year, atraksi yang ditampilkan berupa barongsai, drum show, maupun music performance berbagai alat musik tradisional China.

Berikut ini dekorasi menjelang Chinese New Year untuk Tahun Kuda (688 Trail of Fortune) di Pavilion :





Juga ada carrousel
















 






image is the courtesy of Pavilion KL
rosie soemardi

Wednesday 15 January 2014

Bukit Tinggi (Pahang) - Malaysia


                                                     above picture is the courtesy of Colmar Tropicale



Areal Colmar Tropicale Hotel


Di Malaysia terdapat tempat-tempat yang diberi nama yang sama seperti nama-nama tempat di Indonesia. Salah satu contohnya adalah Bukit Tinggi. Jika anda berada di Malaysia dan seseorang menanyakan pada anda apakah sudah pergi ke Bukit Tinggi, pikiran anda akan segera tertuju pada Bukit Tinggi di Sumatera Barat. Namun, ternyata yang dimaksud adalah Bukit Tinggi di wilayah Pahang, tak jauh dari Kuala Lumpur. 

Kemudian apa yang dapat dilihat di Bukit Tinggi, Pahang ? Ternyata kita akan dibawa ke sebuah areal dimana berdiri Colmar Tropicale Hotel. Hotel tersebut menjadi daerah wisata yang menjual pemandangan a la pedesaan di Perancis. Bangunan-bangunan dengan arsitektur bergaya pedesaan di Perancis memenuhi kawasan Colmar Tropicale. Maka sesungguhnya Colmar Tropicale inilah yang menarik para wisatawan untuk mengunjungi Bukit Tinggi, Pahang. Mereka datang ke sana karena menganggap tempat ini unik dan ingin berfoto dengan background bangunan-bangunan bergaya Perancis tersebut. Dengan dijadikannya daerah wisata, walaupun tak menginap di Colmar Tropicale Hotel, para wisatawan bebas memasuki kawasan tersebut. 





Botanical Garden

Selain itu, di sekitar Colmar Tropicale terdapat fasilitas Botanical Garden, Japanese Village, Spa, golf, rabbit park dan berkuda. Hal lain yang memiliki kesamaan dengan Lembang dan Puncak di Jawa Barat adalah udaranya yang sejuk, sangat berbeda dengan Kuala Lumpur yang panas. Bukit Tinggi, Pahang berada pada ketinggian 3500 kaki di atas permukaan laut.  

Cara lain menuju Bukit Tinggi, Pahang dengan cepat dan nyaman adalah dengan membeli tiket perjalanannya di Berjaya Hotels & Resorts Travel & Tours yang berada di dalam Berjaya Times Square (BTS), dan berangkat dari Berjaya Times Square Hotel di Kuala Lumpur yang terletak tepat di samping BTS. Tentunya hal ini jika anda berada atau menginap tak jauh dari BTS. (Lokasi Colmar Tropicale sendiri tepatnya terletak di Berjaya Hills)







Mobil dari hotel tersebut akan langsung mengantar anda ke Colmar Tropicale dengan nyaman dan tanpa henti dan hanya memakan waktu sekitar 30 hingga 45 menit. Tak ada ketentuan mengenai jumlah minimum penumpang di dalam mobil dan setiap harinya ada dua sesi keberangkatan dari Berjaya Times Square Hotel menuju Colmar Tropicale, yaitu pada pukul 9.30 pagi dan 2.30 siang. Sedangkan mobil yang membawa anda kembali ke Berjaya Times Square Hotel, Kuala Lumpur berangkat setiap harinya dari Colmar Tropicale pada pukul 12.30 siang dan 4.30 sore. Anda jangan sampai terlambat mendatangi mobil jemputan pada jam-jam tersebut jika tak bermaksud menginap (atau menginap lagi) di Colmar Tropicale. Sedangkan untuk mengenakan kimono atau menyaksikan tea ceremony di Japanese Village, bermain golf, berkuda dan lain-lain dikenakan biaya lain dan lucunya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut akan lebih murah jika membeli tiketnya di KL daripada di Bukit Tinggi, Pahang. 


Ada angsa putih dan hitam menanti anda
di bawah jembatan di Colmar Tropicale



Jembatan tersebut dan gerbang untuk
memasuki Colmar Tropicale
Lampion-lampion tersebut adalah
dekorasi menjelang Chinese New Year



                      Japanese Village - above picture is the courtesy of Colmar Tropicale



image is the courtesy of Rosie Soemardi, Colmar Tropicale 
Rosie Soemardi

Raden Saleh, the Pioneer of Indonesian Painters


Photo Raden Saleh tahun 1872





Raden Saleh lahir di Indonesia (atau dulu disebut Hindia Belanda). Ia adalah seorang aristokrat Jawa yang menjadi salah seorang pelukis besar di Eropa di abad ke 19. Bakat melukis telah menonjol sejak ia bersekolah di Volks School (Sekolah Rakyat). Ketika ia beranjak dewasa, Prof. Caspar Reinwardt, sebagai pendiri kebun raya Bogor dan juga Direktur Pertanian, Kesenian dan Ilmu Pengetahuan untuk pulau Jawa dan sekitarnya, menaruh perhatian padanya dan menariknya untuk ikatan dinas di Departemennya. Pada saat itu di instansi tersebut juga ada seorang pelukis Belgia bernama A. A. J. Payen, yang juga mantan mahaguru Akademi Seni Rupa di Doornik, Belanda. Payen kemudian tertarik untuk mengajari Raden Saleh teknik-teknik melukis dan seni lukis Barat. Selanjutnya Payen mengusulkan agar Raden Saleh dapat memperdalam seni lukis di Belanda dan hal ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada waktu itu, G. van der Capellen, yang memerintah dalam tahun 1819 - 1826. 

Bakat melukis Raden Saleh berkembang pesat di Belanda dan pelukis-pelukis muda lainnya ingin mengalahkan kepandaian melukisnya. Mereka pernah menunjukkannya dengan melukis bunga yang begitu sangat mirip dengan aslinya dan tampak hidup hingga kumbang dan kupu-kupu mendatangi lukisan tersebut, dan menganggap bahwa Raden Saleh tak dapat menyaingi kemampuan mereka tersebut. Namun mereka sendiri akhirnya yang sangat terkecoh dengan lukisan Raden Saleh yang menggambarkan seorang mayat yang berlumuran darah. Saat itu selama berhari-hari Raden Saleh tak menampakkan diri sehingga mereka mencaritahu keberadaannya sampai ke tempat tinggalnya. Ketika melihat lukisan tersebut di tempat tinggalnya, mereka sama sekali tak mengira bahwa itu adalah sebuah lukisan hingga mereka berteriak-teriak ketakutan. 

Di Belanda, Raden Saleh memperdalam keahlian melukis potret pada Cornelis Kruseman dan melukis pemandangan pada Andries Schelfhout, karena karya-karya mereka mendapatkan apresiasi yang sangat besar di Belanda. Kruseman adalah pelukis untuk keluarga kerajaan Belanda. Ketika kesempatan datang bagi Raden Saleh untuk mengadakan pameran lukisan di Den Haag dan Amsterdam, masyarakat Belanda tertegun dan tak menyangka bahwa seorang pelukis berdarah Indonesia dapat melukis sesuai dengan standar para pelukis yang sangat terpandang di Eropa. Sebagai seorang pelukis, Raden Saleh juga mengagumi karya-karya pelukis lain misalnya pelukis legendaris Perancis bernama Ferdinand Delacroix. Ia kemudian juga semakin menghayati keahlian melukis binatang. Selama berada di Belanda, Raden Saleh menjadi pelukis untuk keluarga kerajaan dan para pejabat tinggi Belanda.

Raden Saleh berada di Eropa selama belasan tahun. Ia bahkan juga mempelajari ilmu pasti, ilmu ukur tanah dan pesawat di Belanda. Tak hanya di Belanda, ia juga pernah tinggal di Perancis, Jerman (menjadi tamu kehormatan Kerajaan Jerman), Aljazair, Austria, Italia. Sepulangnya ke Hindia Belanda dalam tahun 1844, ia menjadi konservator untuk lembaga koleksi benda-benda seni, di samping tetap melukis.  



Penangkapan Diponegoro karya tahun 1857




Dalam lukisannya mengenai penyerahan perlawanan Pangeran Diponegoro berjudul "Penangkapan Diponegoro", jika diperhatikan dengan seksama, Raden Saleh melukis orang-orang Belanda dalam bentuk yang sangat menggelikan dan tidak proporsional sehingga tampak seperti "badut-badut" misalnya berkepala besar, dan memperlihatkan sikap Jenderal de Kock yang menaruh hormat dan segan pada Pangeran Diponegoro. Melalui lukisan tersebut dapat disimpulkan bahwa Raden Saleh secara tersamarkan tetap membela Indonesia, walau sebagian besar hidupnya dikelilingi para petinggi Belanda bahkan mendapatkan kesempatan belajar di Eropa dan menjadi pelukis besar di sana, penghargaan yang berderet-deret dan harta yang sangat berlimpah-limpah dari mereka. Bahkan istri pertamanya juga adalah seorang Belanda yang sangat kaya raya. Namun mereka kemudian bercerai dan Raden Saleh menikahi wanita sesama aristokrat Jawa. 

Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang terkenal sangat kejam dalam abad itu seperti J. van den Bosch maupun Daendels sangat mengagumi lukisan karya Raden Saleh. Kini lukisan karya Raden Saleh juga dimiliki antara lain oleh Ratu Elizabeth II dari Inggris. Masyarakat dunia juga dapat menyaksikan lukisan karyanya antara lain di Museum Louvre, Paris dan Rijk Museum di Amsterdam. Sebagai pelukis untuk keluarga kerajaan dan pejabat tinggi Belanda, karya-karya Raden Saleh banyak bertebaran di Belanda. 



Rumah milik Raden Saleh yang ditempatinya dalam
tahun 1875 - 1885
Kini menjadi Rumah Sakit PGI Cikini di Jakarta




Rumah Sakit PGI Cikini di Jakarta dahulu merupakan rumah milik Raden Saleh. Sedangkan Taman Ismail Marzuki dahulu merupakan sebagian dari halaman rumahnya yang luar biasa luas dan ia sumbangkan untuk menjadi kebun binatang di zaman pemerintah Hindia Belanda. 

Raden Saleh wafat pada tanggal 23 April 1880 di Bogor dan dimakamkan di Bondongan, Bogor. Penghargaan dari pemerintah Indonesia pada Raden Saleh diberikan dalam tahun 1969 secara anumerta melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Raden Saleh merupakan perintis dalam dunia seni lukis Indonesia dan tercatat sebagai salah satu pelukis besar di dunia yang sangat dihormati di Eropa di abad ke 19. 



source : Wikipedia dan berbagai sumber
image  : Wikipedia
rosie soemardi