Translate

Sunday 20 April 2014

Persiapan SUPER EXPRESS Menghadapi ASEAN Community 2015






ASEAN adalah organisasi internasional di kawasan Asia Tenggara dimana Indonesia menjadi salah satu pelopornya dan dibentuk di Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Pada saat itu jumlah anggota ASEAN baru lima negara. Kini telah menjadi sepuluh buah negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Laos.  


Hanya dalam beberapa bulan lagi akan terlaksana ASEAN Community 2015 yang berarti diberlakukannya secara sah liberalisasi jasa di negara-negara ASEAN. Hal ini menjadikan pekerja professional dari setiap negara ASEAN bebas untuk bekerja di negara ASEAN yang lain dan akan mendapat kesempatan kerja yang sama seperti tenaga kerja asli di negara tersebut. Tenaga kerja professional Indonesia dapat bekerja di negara-negara ASEAN lainnya tanpa memperoleh hambatan. Demikian pula halnya dengan tenaga kerja dari negara-negara ASEAN lainnya akan masuk ke Indonesia dan menyerbu lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia. 

Sekarang pertanyaannya, apakah tenaga kerja Indonesia sudah sungguh-sungguh siap bersaing dengan tenaga kerja asing ? 

Indonesia adalah salah satu negara terpadat di dunia dengan jumlah penduduk di atas 230 juta jiwa. Masalah pengangguran yang menumpuk baik di tingkat bawah yakni mereka yang berpendidikan rendah maupun pengangguran intelektual merupakan hal yang menjadi problem di Indonesia yang belum tertanggulangi sampai saat ini. Jika belum diberlakukan ASEAN Community 2015 saja sudah demikian banyak pengangguran, bagaimana halnya setelah sah diberlakukannya ? Tentu hal ini tak menjadi persoalan jika sumber daya manusia Indonesia memiliki daya saing yang sangat tinggi di dunia dan paling dicari dibandingkan sumber daya manusia dari negara-negara lain. 

Pertama, bangsa Indonesia tak fasih berbahasa Inggris, sedangkan bahasa Inggris adalah bahasa pergaulan internasional. Negara-negara ASEAN lain yang merupakan negara persemakmuran Inggris tak memandang unsur kecakapan berbahasa Inggris sebagai persoalan lagi karena dalam keseharian merekapun sudah berbahasa Inggris dari berbagai tingkat masyarakat. Adalah sesuatu yang biasa bagi mereka jika seorang supir taksi ataupun petugas cleaning service dapat fasih berbahasa Inggris. Singapura dan Malaysia merupakan negara yang paling diuntungkan dalam kemampuan bahasa karena bukan saja bahasa Inggris yang mereka kuasai, namun dalam kehidupan sehari-hari mereka juga berbicara dalam bahasa Mandarin, Melayu dan Tamil. Sehingga persaingan di tingkat bahasa dapat mereka lampaui dengan sangat mudah. Sebagaimana kita ketahui, selain bahasa Inggris, bahasa Mandarin juga berperan besar dalam dunia kerja. Demikian pula halnya dengan negara Filipina yang tak mengalami kendala dalam persoalan bahasa karena merekapun sangat fasih berbahasa Inggris dalam keseharian mereka.

Ke dua, pengajaran di perguruan tinggi di Indonesia masih banyak yang tak sinkron dengan dunia kerja. Setelah lulus menjadi seorang sarjana apakah materi yang diajarkan di bangku kuliah menunjang pekerjaan mereka di dunia kerja ? Seringkali bekal dari perguruan tinggi tak mencukupi, padahal untuk luluspun seorang sarjana menyelesaikan beban sks (satuan kredit semester) yang tak sedikit. Sebagai contoh sederhana, seorang siswa jurusan sastra asing yang sebagian besar materi kuliahnya hanya berkisar mengenai drama, poetry dan prosa, namun sangat sedikit sekali mendapat materi penerjemahan dan percakapan, padahal yang dibutuhkan di dunia kerja adalah kemampuan menerjemahkan secara lisan dan tulisan dan kemampuan berkomunikasi secara fasih. Di sini pihak perancang materi pendidikan di perguruan tinggi tersebut tak melihat lebih jauh mengenai apa sebetulnya yang paling dibutuhkan siswa kelak ketika memasuki dunia kerja. Ini yang disebutkan bahwa mereka mencetak para lulusan yang tak siap pakai. Ketika di tempat kerjanya ia dibutuhkan untuk menjadi penerjemah lisan dan tulisan, ia tak dapat memenuhi standar yang diharapkan, ataupun masih harus belajar lagi.  

Ataupun juga karena keterbatasan fasilitas yang ada di perguruan tinggi tersebut membuat siswa tak maksimal dalam mempelajari ilmunya di bangku kuliah. Perguruan-perguruan tinggi di Indonesia belum ada yang termasuk 100 universitas terbaik di dunia.  Sedangkan perguruan tinggi di negara ASEAN yang lain ada yang sudah mencapainya, bahkan sering menjadi tujuan belajar bagi para pelajar Indonesia. 

Karena ASEAN Community 2015 akan dilaksanakan dalam waktu yang tak lama lagi, maka kiranya setiap insan bangsa Indonesia mulai membekali diri mulai sekarang semaksimal mungkin. Entah apakah itu siswa yang masih duduk di bangku kuliah ataupun mereka yang sudah lulus menjadi sarjana, atau bahkan mereka yang sudah terjun dalam dunia pekerjaan, agar memperdalam kemampuan bahasa Inggris masing-masing. Bahkan teknologi sekarang melalui media youtube misalnya, dapat memberikan kemudahan kepada siapapun untuk mempelajari atau memperdalam kemampuan bahasa secara gratis dari intenet melalui beragam channel pengajaran bahasa yang ditawarkan. 

Buatlah satu kelompok kecil yang terdiri atas maksimal lima orang untuk bertemu secara rutin dan bertujuan untuk melancarkan percakapan dalam bahasa Inggris. Agar tujuan menggunakan bahasa Inggris berjalan lancar dan tak keluar jalur, kiranya sebelum hari pertemuan agar sudah ditentukan topik pembicaraan yang akan dibahas sehingga setiap orang sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Akan lebih baik lagi jika di dalam kelompok kecil tersebut ada yang lebih baik kemampuan bahasa Inggrisnya daripada yang lain sehingga ia dapat memperbaiki kesalahan grammar atau vocabulary teman-temannya. Kegiatan seperti ini agar dilakukan dengan keseriusan dan penuh semangat untuk membuahkan hasil yang baik. Bagi mereka yang telah lancar berbahasa Inggris, maka cara yang sama dilakukan pula untuk mempelajari bahasa Mandarin. Atau bagi mereka yang merasa perlu untuk melengkapi diri dengan mempelajari bahasa Tagalog atau Thailand, maka mengapa tidak ? 

Kemudian pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kiranya selalu berkoordinasi dengan sangat baik dengan pihak Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mengingat para lulusan dari berbagai jenjang pendidikan akan mencari pekerjaan di berbagai tempat yang tentu penyedia lapangan pekerjaan itu tunduk di bawah Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Janganlah terus membiarkan kondisi para lulusan perguruan tinggi yang tak siap pakai di dunia kerja. Apakah yang harus secepatnya dilakukan agar semua lulusan tersebut siap pakai di dunia kerja ? Kiranya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan selalu menekankan dan memberikan pengarahan kepada semua lembaga pendidikan, perguruan tinggi, dan sebagainya untuk memberikan ilmu yang nanti betul-betul langsung terpakai di tempat kerja, dengan kegiatan praktek yang lebih banyak daripada teori di dalam kelas. 

Jika kita bertemu dengan mereka yang pernah mengenyam pendidikan di zaman Orde Lama, kita dapat menyaksikan bahwa kemampuan bahasa asing mereka sangat baik. Harus diakui bahwa cara mendidik siswa di zaman Orde Lama sangat baik sekali, walaupun saat itu Indonesia belum lama merdeka. Pendidikan yang mereka dapat langsung terpakai di dunia kerja. Hingga saat ini cara mendidik siswa di Indonesia belum ada yang dapat mengalahkan zaman Orde Lama. Dimana setelah zaman Orde Lama, cara mendidik siswa di sekolah lebih banyak bersifat pasif, dengan fokus pada hafalan dan teori, daripada mengembangkan proses berpikir, menambah wawasan, menganalisa sesuatu, memecahkan masalah atau melakukan praktek yang lebih berguna bagi siswa daripada dipenuhi teori saja di dalam kelas. Namun, banyak pula prestasi yang sangat membanggakan dari siswa Indonesia selama ini. Setiap diadakan Olimpiade Matematika, Fisika dan sebagainya, siswa-siswa Indonesia tak pernah absen meraih medali emas. Bukti bahwa para siswa Indonesia pintar-pintar dan mampu bersaing di dunia internasional.   

Bagi mereka yang masih duduk di bangku kuliah agar juga mengisi waktu dengan hal-hal positif, misalnya melakukan magang atau pekerjaan part time di berbagai perusahaan bertaraf internasional yang akan lebih memudahkannya memasuki dunia kerja kelak. 

Dan akhirnya, sudah tiba saatnya bangsa Indonesia menekan laju pertumbuhan penduduk yang terlampau besar. Jumlah penduduk yang terlalu banyak lebih mendatangkan kerugian daripada keuntungan. Kita dapat melihat bahwa negara-negara makmur hanya memiliki jumlah penduduk yang sedikit. Kepadatan penduduk hanya memberikan berbagai masalah mulai dari pengangguran, kemiskinan dan kejahatan. Untuk dapat memasuki perguruan tinggi terbaik harus bersaing keras karena jumlah bangku yang tersedia tak sebanding dengan jumlah pelamar, demikian pula halnya untuk memperoleh pekerjaan setelah lulus menjadi sarjana. Negara Amerika Serikat yang sangat kaya raya dan luas wilayah negaranya jauh lebih luas daripada luas wilayah Indonesia (kurang lebih lima kali lebih luas daripada luas wilayah Indonesia) memiliki jumlah penduduk yang tak berbeda jauh dengan jumlah penduduk di Indonesia (Amerika Serikat berada di peringkat ke tiga sedangkan Indonesia berada di peringkat ke empat mengenai jumlah penduduknya). Sedangkan negara Indonesia masih merupakan negara berkembang yang masih berjuang untuk menyejahterakan seluruh rakyatnya dan masih berjuang agar seluruh rakyatnya dapat mengenyam pendidikan secara merata. Dahulu adanya program Keluarga Berencana sangatlah baik. Hal ini harus diterapkan kembali agar segera mengurangi masalah pengangguran, kemiskinan dan kejahatan secara sangat significant

Sebagai tambahan, kondisi perekonomian di Indonesia yang tidak stabil juga terus menerus memacu inflasi. Kenaikan harga terjadi setiap waktu tanpa melihat kemampuan atau kondisi perekonomian rakyat yang sesungguhnya. Akibatnya, berbagai usaha yang tak mampu bertahan menjadi gulung tikar atau mengurangi pekerjanya (khususnya terjadi pada usaha kecil menengah). Sehingga semakin banyak lagi pengangguran yang terjadi. Dan yang masih bekerjapun menuntut kenaikan upah agar juga dapat bertahan hidup setelah terjadi inflasi (terjadi pada mereka yang berpenghasilan minim). Keluarga dengan keuangan terbatas tak mampu bertahan hingga tak dapat menyekolahkan anaknya lagi. Banyak siswa putus sekolah atau tak dapat bersekolah karena semakin tingginya biaya sekolah, padahal dari waktu ke waktu dibutuhkan sumber daya manusia yang semakin baik akibat persaingan yang semakin tinggi untuk mendapatkan pekerjaan. Kehidupan menjadi bertambah sulit akibat inflasi, sekecil apapun inflasi yang terjadi. Adanya kesejahteraan yang tidak merata di dalam bangsa menyebabkan sebagian orang tak dapat merasakan apa yang dirasakan sebagian rakyat yang lain. Bagi mereka yang telah hidup sangat sejahtera, kenaikan harga dirasakan tak terlalu berarti ataupun berarti hanya mengurangi sedikit anggaran belanja mereka, namun untuk sebagian orang yang lain itu berarti "kematian". Pengangguran, kemiskinan dan kejahatan juga semakin meningkat akibat hal ini.    

Diharapkan dengan dilaksanakannya ASEAN Community 2015, Indonesiapun memperbaiki banyak hal di dalam negerinya untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsanya. 


Rosie Soemardi